icon
article-hero

Begini Pengalaman Umroh Kloter Pertama Indonesia di Era New Normal

avatar-name

Tiara •  Nov 09, 2020

Informasi yang tertera di bawah ini sesuai dengan kondisi saat artikel dipublikasikan.

Menginjakkan kaki di tanah suci adalah impian setiap umat Muslim di dunia, baik itu untuk ibadah haji maupun umroh. Setelah 9 bulan tertunda, akhirnya Arab Saudi kembali membuka pintu untuk jamaah umrah asal Indonesia. Tim HHWT pun berkesempatan untuk berbincang dengan Ustaz Roy, salah satu jamaah umroh kloter pertama dari Indonesia yang berangkat tanah suci pada 1 November 2020 lalu.

Memang begitu banyak hal yang berubah dalam pelaksanaan umroh kali ini, bahkan sejak masih berada di tanah air. Para jamaah  memulai proses keberangkatan dengan menjalani tes usap.

"Kita harus swab dan ada masa karantina sambil menunggu hasil swab dari lab. Kami pagi datang ke hotel untuk swab dan karantina. Alhamdulillah, hasilnya negatif dan keesokan harinya kami berangkat ke bandara untuk perjalanan ke tanah suci," kisahnya.

Persiapan mental pun menjadi tantangan tersendiri karena kloter ini merupakan kloter perdana. Mereka pun mempersiapkan diri dengan berbagai aneka makanan kering dan siap saji dari Indonesia karena harus menjalani karantina ketika tiba di sana.

Para jamaah  kembali menjalani karantina selama 3 hari dan tes usap ketika tiba di tanah suci. Tes kedua ini dilakukan pada hari kedua di hotel dan tidak dikenakan biaya.

"Hasilnya tesnya keluar pagi hari di hari ketiga. Pada sore dan malam harinya kita sudah bisa melakukan umroh, hanya satu kali saja. Dan saat ini kami masih berada di hotel karena berdasarkan info dari muhasasah grup yang pertama tidak ada program seperti city tour atau yang lainnya. Kami betul-betul hanya diperkenankan melakukan kegiatan di dalam kamar," tutur Ustaz Roy saat berbicara kepada tim HHWT melalui telepon pada Kamis (5/11) lalu.

Menyiasati keterbatasan ini, Ustaz Roy pun menggelar kajian online bersama para jamaah umroh. Sementara untuk jamaah yang hasil tes usapnya positif akan menjalani karantina di hotel. Tidak hanya itu, masih ada berbagai penyesuaian yang mereka harus jalani, seperti tutupnya semua toko di sekitar Masjidil Haram.

Untuk masuk ke masjid pun ada prosedur tersendiri. Rombongan Indonesia harus memiliki izin dan dikawal oleh petugas.

"Jamaah tidak pakai aplikasi dan lain sebagainya, tapi benar-benar dikawal. Dibatasi thawafnya. Sholat juga dilakukan di area lantai 2 dan 3, lantai dasar hanya untuk thawaf dan ibadah dengan pakaian ihram saja," ungkapnya.

Benar, pelaksanaan ibadah di Masjidil Haram pun kini dilakukan dengan penyesuaian baru. Selain penggunaan lantai 2 dan 3 untuk shalat, jamaah juga diwajibkan menjaga jarak antar shaf.

Sejumlah petugas juga terlihat berjaga di area thawaf  untuk menjaga jarak jamaah. Beberapa polisi bahkan disiagakan untuk memastikan para jamaah memakai masker dengan benar dan tidak ragu mengenakan denda jika terjadi pelanggaran.

"Karena jamaah sudah dibekali saat di Jakarta, Alhamdulillah mereka bisa memahami kondisi ini. Kekecewaan memang ada, terutama karena ada beberapa kegiatan ibadah di Masjidil Haram yang ternyata tidak bisa dilakukan," tuturnya.

Menurut Ustaz Roy, satu hal penting yang harus dilakukan adalah karantina setelah melakukan tes usap di tanah air karena selalu ada kemungkinan untuk kembali terpapar virus dari orang tanpa gejala yang ditemui. Hal ini meningkatkan resiko bagi jamaah yang akan kembali menjalani tes usap ketika tiba di tanah suci.

"Mau tidak mau dia harus menerima kenyataan jika saat tes usap dinyatakan positif, maka dia tidak bisa mengikuti rangkaian ibadah umrohnya. Itulah pentingnya isolasi sebelum berangkat," pungkasnya.

Tidak hanya prosedurnya berbeda, jumlah rombongan jamaah pun dibatasi. Satu bus yang biasanya berisi hingga 45 orang kini hanya diisi setengahnya. Beberapa program seperti ziarah di sekitar kota Mekkah pun urung dilakukan karena tidak mendapatkan izin.

Sementara itu menurut informasi yang didapatkan Ustaz Roy, prosedur kegiatan di Masjid Nabawi tidaklah seketat di Masjidil Haram. Meski dipasang batas di sana-sini, pembatasan kunjungan hanya dilakukan di area Raudah. Jika biasanya jamaah bebas keluar masuk, kini harus ada izin terlebih dahulu untuk memasuki Raudah.

Bagi Ustaz Roy, kesempatan berkunjung ke tanah suci setelah 9 bulan lamanya menahan rindu adalah berkah yang luar biasa. Meskipun masih harus menyesuaikan diri dengan normal baru ini, ia berharap ke depannya terus dilakukan perbaikan, terutama dari sisi pemerintah Indonesia.

Dalam perbincangan tim HHWT dengan Ustaz Roy, terselip doa dan harapan agar kondisi terus membaik agar uamt Muslim di seluruh duni dapat kembali bertamu ke tanah suci.

Kamu pun bisa berbagi cerita dan tips traveling untuk membantu sesama traveler Muslim. Caranya cukup dengan klik halaman ini atau hubungi tim HHWT lewat email [email protected] dan DM Instagram.