icon
article-hero

10 Pertanyaan Paling Umum Mengenai Hari Raya Imlek

avatar-name

Sri Anindiati Nursastri •  Feb 02, 2021

Kondisi di bawah ini sesuai dengan saat artikel dipublikasikan.

Artikel asli dibuat oleh Shasha Dania. Kamu bisa membaca artikel versi berbahasa Inggris di sini.

[Diperbarui 23 Jan 2020]

Sebagai seorang Muslim dari ayah asli Malaysia dan ibu beretnis Tionghoa, saya dibesarkan bersamaan dengan perayaan khas Tionghoa dan Malaysia tanpa terkecuali. Hal tersebut membawa kebiasaan baru yang otomatis saya lakukan, seperti membeli baju baru saat Hari Raya Imlek, serta menyantap aneka masakan khas Hari Raya Idul Fitri yang selalu tersedia di meja makan.

Dibesarkan dengan cara seperti ini adalah hal yang normal untuk saya. Sehingga, berbagai anggapan mengenai kedua perayaan ini seringkali tidak saya gubris. Namun bagi beberapa Muslim, memiliki teman yang merayakan baik Imlek maupun Idul Fitri mungkin masih menjadi pertanyaan. Dan hal itu tidak apa-apa!

Oleh karena kita tinggal di tengah masyarakat multietnis, penting bagi kita untuk belajar dan memiliki pemahaman yang lebih mendalam terhadap kepercayaan dan tradisi orang di sekitar kita :)

Menjelang datangnya Tahun Baru Imlek, HHWT mengajak kamu untuk turut serta menikmati kemeriahannya dalah Hello Spring Festival 2021!

Ada apa saja di festival ini?

Akan ada berbagai booth virtual yang menarik, termasuk dari JR West, Klook, dan Singapore Tourism Board.

Kamu juga bisa bergabung dalam program siaran live menarik dengan berbagai tema, seperti pengalaman para mualaf yang merayakan Tahun Baru Imlek, tradisi dan kebiasaan di Tahun Baru Imlek, dan kiat agar acara makan bersama keluarga lebih menyenangkan.

Kamu juga bisa memenangkan Lucky Draw berupa empat voucher GrabFood senilai masing-masing Rp 200.000 dan Grand Lucky Draw masing-masing satu voucher staycation di Hotel Pullman Jakarta Thamrin dan Central Park! Daftar sekarang juga di halaman ini.

Nah, berikut 10 pertanyaan yang paling umum mengenai Hari Raya Imlek:

1. Apakah Imlek merupakan perayaan keagamaan?

Seperti yang dijelaskan oleh salah satu co-founder HHWT, Mikhail, Imlek merupakan produk dari budaya China selama ratusan tahun lamanya dan tidak terkait pada keagamaan. Saat Imlek, keluarga Tionghoa (terlepas dari agama yang mereka anut) berkumpul bersama dan menikmati santapan usai setahun berpisah. Itulah mengapa banyak orang Tionghoa yang pulang kampung ke kota asal mereka untuk bertemu dengan keluarga tercinta.

Sementara umat Buddha dan penganut Taoisme melakukan upacara sesajen, ini merupakan aktivitas keagamaan dan bukanlah sebuah tradisi. Warga Tionghoa beragama Kristiani dan Muslim juga merayakan Imlek bersama keluarga mereka!

2. Kapan "Tahun Baru" versi Imlek?

Kredit: Giphy

Dalam menentukan Tahun Baru, intinya adalah awal musim semi menurut kalender matahari tradisional. Kalender ini tidak memiliki jumlah hari yang sama dengan kalender Gregorian, itulah mengapa Imlek akan bergantian antara pada akhir Januari atau awal Februari.

3. Apa itu "keberuntungan"? Apakah hal tersebut mirip dengan konsep takdir agama seperti Qadar?

Credit: Giphy

Apakah Anda bertanya-tanya mengapa banyak orang berkerumun di sekitar horoskop yang dipasang di pusat perbelanjaan? Mungkin Anda pernah melihat dua belas pajangan, satu untuk setiap hewan dalam zodiak China. Terkadang, disebutkan ada "warna/ angka keberuntungan". Tapi apakah "keberuntungan" itu?

Credit: Giphy

Beberapa orang berpikir keberuntungan mirip dengan takdir, namun rupanya hal itu berbeda. Keberuntungan brasal dari keyakinan bahwa dunia terbuat dari energi atau Qi. Dengan memengaruhi Qi di sekitarmu - seperti dengan mengenakan warna 'keberuntungan' - kamu mengubah Qi sesuai keinginan.

Jika kamu melihat seluruh keluarga mengenakan warna merah, emas, atau kuning selama Imlek, hal itu karena warna-warna tersebut dianggap bernuansa keberuntungan. Dengan nuansa itu, diharapkan akan membawa keberuntungan!

4. Mengapa tidak dianjurkan untuk mengenakan pakaian berwarna hitam saat Imlek?

Kalau kamu pernah bertanya mengapa orang Tionghoa tidak pernah mengenakan pakaian hitam saat Imlek, hal itu karena hitam dianggap sebagai warna yang tidak menguntungkan. Warna hitam bahkan dianggap bisa merampas keberuntungan mereka!

Hal ini juga berkaitan dengan kebiasaan beberapa orang untuk tidak mencuci rambut atau menyapu lantai selama Imlek. Hal itu karena mereka tidak ingin "mencuci" atau "menyapu" keberuntungan dari hidup mereka.

Meskipun saya (sebagai seorang Muslim) tidak percaya akan hal ini, saya mencoba untuk tidak mengenakan pakaian hitam ketika mengunjungi keluarga besar untuk menghormati kepercayaan ini.

5. Apa isi amplop angpao?

Jika kamu seorang Muslim yang merayakan Idul Fitri di Singapura, Malaysia, dan Indonesia, pasti kamu akrab dengan "amplop lebaran". Nah, angpao juga memiliki konsep yang sama!

Angpao biasa diberikan oleh keluarga seperti kakek, nenek, bibi, paman, dan tentunya orangtua kepada anak-anak di dalam keluarga. Meski asal-muasal tradisi tersebut didasari pada kepercayaan tradisional, saat ini kebiasaan tersebut telah menjadi tanda niat baik dan harapan positif untuk masa depan si anak.

6. Bagaimana kamu menentukan kapan berhenti menerima angpao, dan kapan mulai memberinya?

Dari segi tradisi, menikah adalah titik di mana kamu berhenti menerima angpao dan mulai membagikannya. Namun pada masa sekarang, mereka yang merasa memiliki penghasilan stabil mulai membagikan angpao ini.

7. Apakah saya harus memberikan angpao kepada kerabat atau keluarga yang merayakan Imlek?

Credit: Giphy

Jika kamu diundang ke rumah teman atau keluarga yang merayakan Imlek, dan mengetahui bahwa di sana akan ada anak kecil, kamu tidak harus membagikan angpao. Meski begitu, membagikan sejumlah kecil uang kepada anak teman atau keluargamu masih akan dipandang sebagai hal yang sopan.

Jadi, menyiapkan angpao dengan jumlah kecil di dalamnya bisa kamu lakukan untuk berjaga-jaga! :)

8. Apa itu yusheng? Apakah itu makanan tradisional?

Yusheng sebenarnya merupakan tradisi khas masyarakat Asia Tenggara yang sangat unik. Yu Sheng berarti "ikan mentah" sekaligus "kekayaan atau kehidupan yang berlimpah", menandakan harapan di masa depan. Semakin tinggi lemparannya, semakin besar keberuntungan yang konon didapat. 

9. Mengapa kerabat Tonghoa saya mengucapkan frasa keberuntungan sambil melakukan Yusheng?

Setiap bahan pada Yusheng memiliki makna keberuntungan di baliknya. Pada beberapa restoran selama musim perayaan, pelayan yang menyajikan Yusheng bahkan dapat menambahkan satu per satu bahan ke piring sambil mengucapkan frasa keberuntungan singkat.

Misal, ikan mentah (Yu) ditambahkan karena frasa Nian Nian You Yu berarti 'lebih banyak setiap tahun'.

10. Apakah tidak apa-apa hanya membawakan jeruk kepada kerabat yang merayakan Imlek?

Jeruk adalah hadiah untuk Hari Raya Imlek yang paling sering diberikan, karena melambangkan kekayaan dan kemakmuran. Itulah mengapa kamu akan selalu melihat pajangan besar jeruk di rumah-rumah warga Tionghoa selama Hari Raya Imlek.

Credit: Giphy

Oh ya, jika tuan rumahmu adalah seorang Tionghoa, merupakan sebuah tradisi untuk mempersembahkan jeruk kepada tuan rumah (dalam jumlah yang berpasangan, karena angka genap dinilai lebih menguntungkan!). Jangan lupa untuk menyapa mereka dengan ucapan Gong Xi Fa Cai atau Xin Nian Kuai Le! :)