icon
article-hero

Inilah Pengalaman yang Dipetik Teman-Teman Non Muslim Setelah Mencoba Berpuasa

avatar-name

Tiara •  May 05, 2020

[Artikel ini aslinya ditulis oleh Cheng Sim. Kamu bisa membaca versi berbahasa Inggris yang ditulisnya di halaman ini.]

Selama bulan suci Ramadan, umat Muslim di seluruh dunia berlomba-lomba untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan beribadah. Umat Muslim berpuasa dari mulai fajar hingga matahari terbenam. Selama berpuasa, kita pun kerap mendapatkan pertanyaan dari rekan-rekan non Muslim tentang bagaimana rasanya ketika berpuasa di bulan Ramadan.

Ketika teman-teman non Muslim HHWT, yakni Elaine dan Cheng Sim, mencoba berpuasa tahun lalu, mereka mendapatkan begitu banyak dukungan dan semangat dari komunitas yang membuat mereka senang. Ramadan kali ini kami pun mengajak beberapa teman non Muslim lainnya untuk mencoba berpuasa seharian. Dengan demikian, diharapkan mereka pun bisa memahami perjalanan spiritual dalam berpuasa, lebih dari sekedar menahan lapar dan haus.

Tahun ini, rekan non Muslim kami yang mencoba berpuasa satu hari adalah Alvin, Elaine, Gracia, dan Cheng Sim. Mereka pun berbagi refleksi dan beberapa cerita lucu dari pengalaman berpuasanya. Coba tebak, kira-kira mereka berhasil bertahan sampai Maghrib tidak?

1. Gracia

Saya agak gugup tapi cukup antusias karena ini adalah pertama kalinya saya mencoba berpuasa. Saya melakukannya karena saya ingin mengerti apa yang dirasakan oleh teman-teman Muslim saya selama berpuasa seharian di bulan Ramadan.

Sebagai bekal berpuasa, saya minum banyak air putih supaya tubuh terhidrasi dengan baik, Namun sebaliknya, saya malah harus bangun setiap jam karena harus ke toilet. ? Bagaimanapun, ada perasaan berbeda ketika saya bangun jam 4.30 (waktu sahur Singapura) untuk sahur ketika seisi rumah masih tertidur. Supaya tidak membangunkan orang rumah, saya sahur dengan makanan yang cepat dan tidak berisik untuk dibuat, yaitu 3 lembar roti dan segelas kopi. ? Saya pun menikmati keheningan pagi dengan sahur sambil ditemani musik.

Ketika waktu kerja tiba, saya sudah merasa sedikit haus. Tapi, mungkin itu hanya perasaan saya saja karena saya sudah minum banyak air sebelum puasa. Saya juga tidak terlalu memikirkannya karena hari ini saya cukup sibuk dan waktu akan cepat berlalu (mudah-mudahan!).

Pada siang harinya, saya tidak lapar atau lelah, tapi yang jelas cukup haus (kemana perginya air yang saya minum kemarin??). Tapi, saya berusaha untuk terus fokus bekerja dan tidak memikirkan rasa haus itu, dan cukup berhasil! Seiring dengan berjalannya waktu, saya pun mulai terbiasa dan tidak merasa lapar atau haus lagi. Hanya saja, saya sudah mulai memikirkan mau makan nasi biryani ayam untuk berbuka nanti!

Saat waktu Maghrib tiba, saya senang bisa berbuka puasa bersama secara virtual dengan tim HHWT! Meskipun kami tidak bisa bertemu langsung, setidaknya cara ini bisa menggantikannya. Sambil berbuka puasa, saya pun berefleksi tentang puasa hari ini. Meski rasa haus di siang hari adalah hal yang paling menantang, ketika saya sudah melewatinya semua terasa biasa saja.

Pengalaman berpuasa ini mengajarkan saya akan pentingnya kegigihan. Di samping menahan dahaga sepanjang hari, saya pun berusaha untuk terus bertahan seharian dan berhasil! Saya senang bisa mencoba berpuasa dengan dukungan dari teman-teman, sungguh sebuah pengalaman yang menarik! Satu pesan saya untuk teman-teman non Muslim yang ingin mencoba berpuasa, jangan minum terlalu banyak di malam hari supaya tidak harus bolak balik ke toilet seperti saya. ?

2. Alvin

Awalnya saya agak khawatir karena saya belum pernah berpuasa tanpa minum sama sekalin (biasanya saya berpuasa tapi masih boleh minum). Selain itu, agak sulit untuk membayangkan apa yang harus saya makan sebagai bekal untuk berpuasa seharian penuh. Akhirnya saya bertanya kepada beberapa rekan Muslim soal apa yang sebaiknya saya makan dan bagaimana cara berolahraga sambil berpuasa. Hal ini mengingatkan akan masa persiapan saya untuk masuk angkatan bersenjata Singapura beberapa waktu lalu.

Saya memasang 2 alarm untuk sahur (jam 4.40 dan 4.50) supaya saya bisa menambah waktu tidur sedikit, tapi saya tetap takut kesiangan! Berat sekali rasanya harus bangun untuk makan, tapi itulah yang harus saya lakukan. Saya tidak tahu pasti berapa banyak makanan yang saya butuhkan, jadi saya menyiapkan seekor ayam kukus utuh dan cemilan kacang. Saya makan setengah ayam lalu kembali tidur.

Saya menjalani pagi hari seperti biasa, tapi saya sengaja menyembunyikan botol air karena saya terbiasa banyak minum. Saya bekerja seperti biasa, namun di siang hari saya agak pusing. Akibatnya, produktivitas saya terganggu dan agak sulit untuk menyelesaikan tugas. Saya menyampaikan hal ini dan disarankan untuk tidur siang sebentar. Benar saja, setelah tidur siang selama 15 menit saya merasa jauh lebih baik.

Beberapa jam kemudian, tibalah saat berbuka puasa! Saya pikir saya bisa makan banyak, tapi ternyata porsi normal saja sudah mengenyangkan. Setelah 4 hari berpuasa (catatan: Alvin berhasil melampaui tantangan puasa ini!), saya sadar tantangan sesungguhnya adalah dari segi mental dan spiritual. Berpuasa mengingatkan kita untuk lebih disiplin dan sadar akan hal yang terjadi di sekitar kita. 

Dengan tenaga yang lebih sedikit untuk beraktivitas, saya pun bisa berefleksi dan memahami kondisi mental saya dengan lebih baik. Proses ini membuat saya lebih sadar akan apa yang saya rasakan. Tentu hal ini belum tentu didapatkan jika saya hanya berpuasa satu hari.

3. Elaine

Tahun lalu, saya sudah mencoba berpuasa Ramadan bersama Cheng Sim, jadi cukup menarik untuk melihat bagaimana puasa saya tahun ini. Selain itu, untungnya sekarang kita semua berada di rumah (lebih banyak waktu tidur!). Saya juga sudah siap menerapkan saran berpuasa dari tahun lalu dan menuruti kata Suzana untuk banyak minum di hari sebelumnya dan tidak bergadang (faktor terakhir ini paling sulit!). Ikut berpuasa di awal bulan Ramadan ini juga menyenangkan karena bisa mendukung teman-teman Muslim saya dan berbuka puasa bersama dengan mereka!

Buat saya, bangun sahur adalah bagian paling menantang dalam berpuasa. Meski ini sudah kedua kalinya, saya tetap menunda bangun selama 5 menit untuk sahur. Untungnya, makanan sahur saya bisa siap hanya dengan air panas dan dipanaskan di microwave selama 40 detik. Mirip dengan tahun lalu, saya mengandalkan ayam siap saji dari Fairprice dan oatmeal instan. Saya menyiapkan 2 porsi oatmeal supaya kenyang, pizza, Milo, dan air putih untuk bekal seharian berpuasa!

Saatnya bekerja! Saya tetap mengantuk meski sempat tidur sebentar sebelum kerja, apalagi tanpa minum secangkir teh seperti biasa. Agak khawatir juga mengingat ada banyak yang harus saya kerjakan. Bolak balik melakukan panggilan telepon juga membuat tenggorokan saya kering. Tidak haus sih, tapi saya jadi sering batuk karena tenggorokan kering.

Seiring dengan berjalannya waktu, saya tetap bertahan! Tantangan berpuasa kali ini pun masih sama dengan tahun lalu, yakni harus mengontrol emosi agar tidak frustasi dan marah-marah ketika menemui halangan saat bekerja. Saya harus tetap berpikir jernih dan positif karena tantangannya lebih di sisi mental daripada menahan haus dan lapar!

Lalu saya pun mengantuk dan tidur siang sebentar. Jangan meremehkan kekuatan tidur siang karena ini benar-benar membantu untuk menjaga pikiran tetap jernih dan fokus. Selain itu, kesibukan bekerja juga membantu saya untuk tidak sempat memikirkan makanan atau minuman. 

Akhirnya waktu berbuka puasa virtual pun tiba! Bagian terbaiknya bukanlah makanannya, namun momen kebersamaan saat berbuka puasa. Meski tahun ini kami tidak bisa bertemu langsung, saya sangat menikmati waktu berbuka puasa virtual ini. Kami saling menunjukkan makanan berbuka, mengintip isi rumah masing-masing, bahkan bertemu dengan sejumlah anggota keluarga lainnya. Senang sekali rasanya bisa berkumpul secara virtual setelah menyendiri selama hampir 3 minggu.

Serupa dengan tahun sebelumnya, saya lebih sulit melawan rasa lelah karena harus bangun sahur dan juga menjaga pikiran tetap positif seharian. Benar-benar tantangan mental.

Karena tahun ini saya berpuasa di rumah seharian, saya tidak terlalu merasakan lapar atau haus. Hanya saja, saya membayangkan bagaimana orang-orang yang berpuasa dan tetap aktif bekerja seharian. Meski hanya berpuasa satu hari, ini menjadi pengingat  bagi saya untuk memahami apa yang dirasakan oleh teman-teman Muslim selama bulan Ramadan, baik secara fisik maupun spiritual. Berbagi pengalaman dan buka puasa bersama sungguh membantu untuk saling mendekatkan diri dan yang paling penting, lebih banyak bersyukur!

4. Cheng Sim

Akhirnya Ramadan tiba! Ini adalah kali kedua saya berpuasa bersama tim HHWT dan saya berharap bisa belajar lebih banyak dengan mencoba berpuasa. Tahun lalu, saya kesulitan mengontrol stres di kantor dan menahan haus, jadi tahun ini saya berharap bisa melakukannya lebih baik. Selain itu, tahun ini ibu saya pun mendukung tantangan ini dengan menyiapkan makanan sehat untuk sahur, termasuk kurma Medjool favorit saya!

Sahur saya dimulai dengan kondisi sangat mengantuk karena saya hanya tidur 2 jam. Bangun jam 4.30 memang sulit, tapi untungnya makanan sahur saya mudah untuk dibuat. Saya makan semangkuk oats dengan buah-buahan, telur rebus, dan kurma Medjool. Saya juga cukup terhibur oleh merk blueberry yang saya makan: Katy Berry ?

Karena suasana hati saya bagus, saya mulai bekerja dengan riang. Meski perut saya masih kenyang, badan saya sudah minta minum (aduh!). Saya harus menulis beberapa artikel hari itu, jadi saya harus menguatkan diri karena waktu baru menunjukkan jam 9 pagi!

Setelah menulis sepagian, saya mulai lelah, mungkin karena saya kurang tidur. Satu demi satu, teman kantor pun mulai istirahat dan tidur siang, begitu pula dengan saya. Biasanya saya tidak tidur siang, tapi istirahat sejenak benar-benar membantu saya untuk lebih awas dan kembai bertenaga untuk menulis.

Sekitar jam 3 sore, saya mulai ingin makan macam-macam, mulai dari ayam goreng Korea sampai nasi Arab.Saya berhasil menahan hawa nafsu dan memesan biryani untuk berbuka. Sambil menunggu pesanan datang, saya mulai senang memikirkan buka puasa virtual dengan tim HHWT nanti! Sudah lama juga saya tidak bertemu dengan teman-teman dan saya juga penasaran dengan menu berbuka puasa mereka.

Saat waktu berbuka tiba, saya senang sekali bertemu dengan semuanya secara online! Ramadan kali ini memang berbeda, tapi saya bersyukur melihat mereka berada di rumah dengan keluarga. Buka puasa juga merupakan momen bersama keluarga, jadi saya cukup tersentuh melihat teman-teman Muslim meluangkan waktu untuk berbuka puasa virtual bersama kami. Kami juga ngobrol soal menu buka puasa masing-masing, dan ternyata Gracia juga makan nasi biryani!

Meski saya hanya berpuasa satu hari, saya bayak belajar dari pengalaman ini. Tujuan awalnya adalah tidak makan dan minum seharian, tapi saya senang mempelajari semangat Ramadan yang terus hidup di rumah, apapun kondisinya. Walau disandera pandemi, semua orang berusaha untuk menghabiskan waktu dengan baik di rumah bersama keluarga, shalat tarawih di rumah, dan menyambut baik niat teman-teman non Muslim yang mencoba berpuasa, meski secara virtual.

Credit: Giphy

Kami belajar banyak dari tantangan berpuasa kali ini. Meski hanya satu hari, ada pelajaran berharga yang kami petik. Mulai dari menghargai Ramadan di kondisi berbeda hingga memahami niat berpuasa yang sesungguhnya. Salam dari kami tim HHWT, semoga Ramadan kamu menyenangkan dan penuh berkah!