icon
article-hero

Ramadan Around the World: Kisah Ramadhan Muslim Indonesia di Budapest, Hungaria

avatar-name

Sri Anindiati Nursastri •  May 07, 2021

Kondisi di bawah ini sesuai dengan saat artikel dipublikasikan.

Artikel ini merupakan bagian dari seri "Ramadan Around the World". Artikel ini ditulis oleh tim editorial Have Halal, Will Travel berdasarkan informasi yang dikirimkan melalui tautan ini oleh Rangga Tri dari Budapest.

Rangga Tri Nugraha (23) adalah seorang Muslim asal Indonesia yang tinggal di Budapest. Ini adalah tahun kedua ia berdomisili di ibu kota Hungaria tersebut.

Bicara soal Ramadhan, hal pertama yang terlintas di benak Rangga adalah kebersamaan.

“Saat Ramadhan kami biasanya berkumpul dengan warga Indonesia lainnya di kota ini, dan berbuka puasa bersama,” tutur ia.

Pada bulan Ramadhan, aktivitas Rangga dimulai sejak tengah malam karena adzan subuh di Budapest jatuh pada pukul 01.50 - 03.10 waktu setempat. Usai sahur dan shalat subuh, ia akan beristirahat sejenak kemudian mengikuti kelas (saat hari kerja) dan bekerja secara online (saat akhir pekan). Rangga juga terbiasa memasak untuk buka puasa.

Makanan favorit Rangga untuk sahur adalah Bubur Ketan Hitam, lengkap dengan kuah santan. Ia memilih teh panas tanpa gula untuk minumannya. Menurut Rangga, dua kombo tersebut sangat baik untuk pencernaannya!

Namun jika tidak punya cukup waktu untuk menyiapkan makanan, biasanya Rangga menyantap mie instan goreng atau rebus yang dibelinya di supermarket Asia. Tak lupa telur mata sapi dan teh panas tawar.

Sementara utnuk buka puasa, Rangga dan keempat temannya yang juga asal Indonesia biasa mengonsumsi makanan dari berbagai daerah. Misal Tuscan Chicken ala Italia, atau Ayam Geprek yang mereka buat sendiri. Mereka juga kerap membuat Rendang, Opor Aam, Es Pisang Ijo, dan beberapa kue kering untuk disantap saat Ramadhan dan Idul Fitri.

Sama seperti tahun lalu, umat Muslim di Budapest bisa melakukan buka puasa bersama namun terbatas untuk 10 orang. Biasanya Rangga dan teman-temannya mengadakan potluck, masing-masing orang membawa makanan sendiri. Saat Idul Fitri, Kedutaan Besar Indonesia di Budapest juga biasanya menyuguhkan aneka masakan khas Indonesia untuk disantap bersama.

Tantangan berpuasa di Budapest

Menurut Rangga, tantangan terbesarnya adalah rasa haus karena ia harus berpuasa selama lebih dari 16 jam. Hal itu cukup menyulitkannya untuk produktif, karena ia harus berkonsentrasi pada jam-jam kelas serta mengerjakan tesisnya.

Namun, Rangga bersyukur karena ia selalu ingat tujuannya berada di Budapest: untuk belajar. Ia tidak ingin mengulur waktu terlalu lama karena ingin kembali secepatnya ke Indonesia.

Rekomendasi tempat wisata dan kuliner

Di negara tersebut, Rangga biasa travelling dengan teman-teman terdekatnya. Namun selain itu ia juga kerap travelling seorang diri.

Salah satu destinasi wisata yang direkomendasikan oleh Rangga adalah The Hungarian Parlement, gedung parlemen yang sangat cantik. Selain itu, daerah di sekitar Budapest juga sangat cantik.

“Margitsziget (Margaret Island) adalah lokasi yang tepat untuk menyatu dengan warga lokal. Sementara itu, jika wisatawan datang pada bulan Desember menuju Januari, jangan lupa berkunjung ke Christmas Market yang menjajakan aneka makanan dan camilan nikmat,” tutur Rangga.

Meski begitu, menurut Rangga waktu terbaik untuk mengunjungi Budapest adalah musim semi yaitu sekitar bulan April.

Sementara itu untuk wisata kuliner, Rangga menyebutkan bahwa satu-satunya restoran halal di kota tersebut hanya menyajikan masakan Turki atau Arab. Untuk makanan ringan, Rangga merekomendasikan traveller untuk mencicipi Langos (camilan seperti donat) dan Kurtoskalacs (Hungarian Chimney Cake). Tidak ada bahan-bahan non-halal dalam pembuatan dua camilan ini.

Pertanyaan seputar Muslim

Rangga bercerita bahwa terdapat beberapa orang teman non-Muslim yang bertanya tentang Islam. Misal, mengapa wanita Muslim mengenakan hijab atau niqab, atau tidak mengenakan keduanya.

“Biasanya saya mulai menjelaskan menggunakan perspektif perbandingan yang saya pelajari pada kelas perbandingan agama di Malaysia. Biasanya mereka puas dengan jawaban saya, dan mendapatkan pemahaman yang lebih dalam terhadap Islam. Adalah tugas saya juga untuk meluruskan beberapa hal seperti Islamofobia dan beberapa kesalahpahaman terhadap Islam yang tidak sesuai dengan ajaran agama” tuturnya.

Yuk, berbagi kisah Ramadhan di daerahmu!

Kamu bisa berkontribusi dan bercerita mengenai Ramadhan serta Idul Fitri di daerahmu. Kisahmu akan tergabung dalam seri Ramadan Around the World, bersama-sama dengan kisah umat Muslim dari berbagai belahan dunia!

Kamu tinggal mengisi beberapa pertanyaan di form, dan kami yang akan merangkai kisahmu! Caranya gampang, tinggal ketik tautan ini:

http://bit.ly/RamadanAroundtheWorldID