Informasi yang tertera di bawah ini sesuai dengan kondisi saat artikel dipublikasikan.
Kekayaan budaya Indonesia tak terbatas hanya di kesenian, melainkan juga berbagai upacaranya. Salah satu yang paling unik adalah upacara pemakaman tradisional dari berbagai daerah di Nusantara. Berbeda dengan prosesi penguburan sesuai syariat Islam, beberapa upacara pemakaman tradisional ini dilakukan dengan prosesi tersendiri.
Satu hal yang pasti, semua rangkaiannya dilakukan sebagai simbol penghormatan terakhir pagi kerabat yang telah meninggal dunia. Selain itu, prosesi ini pun digelar terbuka. Alhasil, kamu pun bisa menyaksikan langsung lokasi dan upacara pemakaman tradisional yang ada di daerah tersebut. Berikut adalah beberapa upacara pemakaman tradisional di Indonesia yang masih bisa kamu saksikan hingga saat ini.
Batu Lemo di Toraja
Batu Lemo adalah salah satu lokasi pemakaman suku Toraja tradisional. Di makam ini, peti mati tidak dikubur, melainkan dimasukkan ke dalam lubang yang dipahat di tebing batu. Biasanya, satu lubang diisi oleh jasad satu keluarga. Lubang ini kemudian ditutup dengan papan kayu dan patung yang melambangkan orang yang ada di dalamnya.
Suku Toraja pun percaya bahwa semakin tinggi letak makam, maka orang yang meninggal itu pun semakin dekat dengan Tuhan. Meski terdengar angker, Batu Lemo justru menjadi salah satu obyek wisata utama di Tana Toraja.
Passiliran Kambira di Toraja
Berbeda dengan pemakaman Toraja lainnya, Passiliran adalah upacara pemakaman bagi bayi-bayi suku Toraja pada zaman dahulu. Mereka yang menganut kepercayaan Aluk Todolo memakamkan bayi yang meninggal dunia dengan cara dimasukkan ke dalam pohon tarra dalam posisi meringkuk, seperti dalam rahim. Batang pohon tarra dilubangi searah dengan rumah sang bayi, lalu ditutup dengan ijuk.
Pohon tarra sendiri dipillih karena memiliki getah yang berwarna putih seperti air susu. Hal ini dilakukan agar jiwa sang bayi selamat sampai ke alam baka. Semakin tinggi status sosial keluarganya, maka semakin tinggi pula lubang makam sang bayi.
Waruga di Minahasa
Masyarakat tradisional Minahasa percaya bahwa kuburan harus dibuat seindah mungkin untuk menghormati rohnya. Uniknya, waruga justru dibuat sendiri oleh orang yang akan menempatinya.
Waruga merupakan kubur batu yang terdiri dari dua bagian, yakni dasarnya yang berbentuk peti dan tutupnya yang berbentuk limas. Biasanya, waruga memiliki ornamen berupa ukiran manusia, tanaman, hewan, ataupun bentuk geometri. Pada beberapa waruga, ada ukiran yang berkisah tentang peristiwa kehidupan manusia.
Ngaben di Bali
Masyarakat Bali memiliki upacara pemakaman ngaben, atau ritual kremasi. Pelaksanannya pun kerap dilakukan dengan megah, termasuk dengan iring-iringan dan hiasan. Ngaben sendiri memiliki tiga tujuan, yakni sebagai bentuk pelepasan roh dari dunia, mengembalikan segala unsur jasmani manusia, dan sebagai lambang keikhlasan dari pihak keluarga yang ditinggalkan.
Mepasah Trunyan di Bali
Berbeda dengan upacara pemakaman tradisional lainnya, masyarakat Trunyan tidak mengubur atau kremasi jasad kerabatnya yang meninggal dunia. Sebaliknya, di sini jenazah diletakkan di permukaan tanah di ruang terbuka. Hal ini sesuai dengan nama Mepasah yang bisa diartikan sebagai kubur angin. Tidak semua orang bisa dimakamkan dengan cara ini. Namun, hanya orang yang telah berumah tangga, belum menikah, anak kecil yang telah tanggal giginya, dan orang-orang yang meninggal karena sakit atau usia tua.
Brobosan di Jawa Timur

Tanah Jawa sendiri juga memiliki ritual pemakaman yang berbeda, salah satunya adala brobosan. Brobosan dilakukan dengan cara berjalan di bawah keranda jenazah yang diangkat tinggi-tinggi. Hal ini dilakukan oleh keluarga yang ditinggalkan sebelum jenazah dibawa ke tempat pemakaman. Tradisi brobosan merupakan penghormatan bagi orang yang dihormati dengan keyakinan tuahnya akan terwariskan kepada anggota keluarga yang melakukan brobosan.
Ada banyak cara untuk mengantarkan kerabat yang telah berpulang ke tempat peristirahatan terakhirnya. Apapun cara dan ritualnya, hal ini dilakukan sebagai bentuk penghormatan dan rasa cinta dari orang-orang yang ditinggalkan.
Tradisi ini pun masih langgeng di sejumlah tempat dan kamu berkesempatan untuk mampir atau menyaksikan prosesinya ketika berkunjung ke sana.
Simak juga warisan alam dan budaya unik Indonesia lainnya dalam artikel berikut ini: