icon
article-hero

Ekowisata Bahoi, Indahnya Alam Minahasa dalam Balutan Kearifan Lokal

avatar-name

Tiara •  Sep 01, 2020

Informasi yang tertera di bawah ini sesuai dengan kondisi saat artikel dipublikasikan.

Apa yang terlintas di kepala ketika menyebut provinsi Sulawesi Utara? Taman Laut Bunaken atau makanan Manado mungkin akan menjadi jawabannya. Namun, Sulawesi Utara lebih dari itu. Terlebih setelah Likupang ditunjuk sebagai salah satu destinasi pariwisata super prioritas. Selain namanya semakin naik daun, beberapa tempat wisata di kawasan Likupang pun semakin dikenal oleh khalayak. Salah satu yang menarik dan menerapkan prinsip berkelanjutan adalah ekowisata di Desa Bahoi.

Ekowisata Bahoi berjarak sekitar 15 kilometer dari pusat kota Likupang dan bisa dijangkau hanya dengan sekitar 30 menit berkendara. Kalau dari Manado, butuh sekitar 90 menit untuk tiba di Bahoi.

Ekowisata Bahoi yang kita lihat sekarang telah menempuh perjalanan panjang. Inisiatif pengelolaan Bahoi sebagai desa ekowisata muncul pada tahun 1999. Kala itu, masyarakat setempat belum menyadari potensi wisata alam di desanya. Namun akhirnya, warga Bahoi mulai mengelola alamnya dengan lebih bijaksana.

Hal ini pun semakin mantap setelah ditetapkannya Peraturan Desa menetapkan Daerah Perlindungan Laut (DPL) di wilayah ini dan masuknya Wildlife Conservation Society (WCS) di Sulawesi Utara pada tahun 2002. Konsep ramah lingkungan bukan hanya terlihat di tempat wisatanya, namun juga di kawasan pemukiman yang bebas sampah dan asri. Selain itu, masyarakatnya pun masih memegang teguh budaya tradisional Sangihe.

Penetapan DPL otomatis membuat alam bawah laut Bahoi semakin mempesona. Bahkan, tidak jarang yang meyakini bahwa keindahannya mampu menyaingi Bunaken. Pemandu lokal akan mengajak kamu ke kawasan DPL dengan naik kapal untuk melihat sendiri kekayaan biota lautnya. Aneka terumbu karang yang sehat dan berbagai jenis ikan pun sudah menunggu di kawasan ini. Pengelola ekowisata Bahoi pun telah memiliki sejumlah perlengkapan diving dan snorkeling yang bisa disewa oleh para tamu.

Tepat di pinggir DPL, ada sebuah rumah terapung yang bisa digunakan oleh wisatawan untuk beristirahat. Di rumah inilah para wisatawan dijamu makan siang buatan warga lokal sambil menikmati pemandangannya. Tidak hanya itu, di desa ini pun kamu bisa melihat kesenian tari tradisional Sangihe serta membeli aneka souvenir buatan warga Desa Bahoi.

Usai puas menikmati keindahan alam bawah lautnya, kamu bisa melanjutkan perjalanan dengan mampir ke Tanjung Kamala Watuline. Di sini, kamu bisa melihat vegetasi mangrove yang dirawat oleh masyarakat setempat. Jembatan berpagar biru di kawasan ini pun menjadi salah satu spot berfoto favorit bagi para wisatawan. Di ujung perjalanan, kamu akan menemukan pemandangan hamparan pasir putih dengan akar mangrove yang muncul ketika air laut sedang surut.

Pemandangan pun semakin indah ketika matahari mulai condong ke barat. Rona keemasan senja terpantul di permukaan laut yang tenang. Beberapa pohon mangrove yang berdiri di permukaannya pun membentuk bayangan hitam yang menambah kesan syahdu pada pemandangan tersebut.

Ekowisata Bahoi menjadi bukti bahwa manusia bisa menjalani kehidupan yang harmonis dengan alam. Bukan hanya melestarikan alamnya, warga Bahoi pun bahu membahu menjaga keamanan desanya dengan melakukan jaga malam secara bergantian. Semua ini dilakukan demi menjaga kelangsungan lingkungan alam yang menjadi rumah bagi semua warganya.

Simak juga referensi wisata lain di Likupang dan sekitarnya dalam artikel berikut ini: